24 Maret 2008

Shalat, Sholat, atau Salat?

Pada hari Senin, 28 Januari 2008, atau bertepatan dengan hari pemakaman mantan Presiden RI H.M. Soeharto di Astana Giribangun, Kabupaten Karanganyar, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Tengah menyerukan kepada MUI kabupaten/kota se-Jawa Tengah, ormas Islam, dan umat Islam di Jawa Tengah untuk melaksanakan [sholat ghaib] dan [do'a/dzikir] bersama untuk almarhum Pak Harto.Kalau kita perhatikan dengan saksama pada kalimat di atas, ada sejumlah kosakata, seperti salat, gaib, doa, dan zikir sering dituliskan secara berbeda. Kata "salat", misalnya, ada orang yang menuliskan kata itu "shalat" dan ada pula yang menuliskannya "sholat" seperti siaran pers MUI Provinsi Jawa Tengah. Begitu pula, kata "gaib", ada yang menuliskannya "ghaib" dan "ghoib".Dalam siaran pers MUI Provinsi Jawa, kata "doa" ditulis dengan huruf konsonan ain ('). Sementara itu, versi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menganjurkan kepada kita menuliskannya tanpa tanda apostrof ('), yaitu doa.Dalam KBBI, penulisan kata "zikir" yang dianjurkan. Namun, kata "zikir" ini sering dituliskan secara berbeda. Ada orang yang menuliskan kata itu dengan huruf konsonan "dz" menjadi "dzikir". Bahkan ada, ada yang menuliskannya "dikir".

Tidak ada komentar: